Nyasar barangkali sudah menjadi salah satu fitur yang telah ada dalam diri saya sejak dahulu kala, termasuk dalam salah satu pertemuan dengan teman di kopitiam.
Biasanya, ketika pulang sering sekali saya melewati toko berlabelkan kopitiam, Namun, saya sendiri tidak pernah masuk ke dalam warung tersebut. Sehingga ketika diajak dengan teman untuk ke kopitiam, langsunglah saya mengitari sepanjang jalan, memantau satu persatu atau setidaknya kelihatan sepeda motor milik teman, kali saja sudah datang. Lurus, balik lagi. muter lagi. Hingga hampir setengah jam, ternyata dari sekian kopitiam tidak tampak gerombolan teman ataupun motor yang saya kenali. Solusi selanjutnya adalah Phone a friend.
“Halo, mbak kopitiam ini dimana sih? kok aku ndak nemu.”
“di cheesebury itu lo Al. Sebelahnya sekolah….” Kemudian terputus kontak itu lantaran sinyal wasap ternyata mati.
Baiklah, sepertinya ada yang kurang teliti yakni, tidak memperhatikan nama “cheesebury” sebelum kata kopitiam. Googling pun saya lakukan, ternyata lokasinya ada 3 km dari posisi saya saat itu. kebingungan saya terjawab begitu juga dengan pelajaran buat saya adalah, perhatikan detail janjian. Karena kalau terabaikan, otomatis bisa membahayakan untuk kesehatan pikiran.
Begitu sampai, saya parkir motor. Kemudian menanyakan teman saya pada waitress. Terjawab, fix aku beneran nyasar tadi.
Perihal Kopitiam dan Cheesebury
Begitu sampai, menyapa sana sini dan ada satu orang yang baru saya kenal. Namanya tidak salah mbak astrid, dikemudian waktu saya mengenal beliau sebagai teman yang bercerita banyak perihal kopitiam.
Kopitiam sebenarnya merupakan bahasa malay yang kurang lebih artinya adalah warung kopi. untuk di Indonesia sendiri pun, biasanya juga menyajikan beberapa makanan khas dari negara tempat bahasa ini tercipta. Baik itu makanan berat maupun snack. Nah, tambahan dari kopitiam barulah yang merujuk nama warung. Misalkan tempat yg saya kunjungi ini, cheeseebury. Nah itu artinya, warung kopi cheesebury dalam bahasa indonesia. Jadi kalau ada kopitiam, itu bukan toko nya. Tapi jenis toko nya, yakni kategori kafe nya. Sedang di tempat saya ngopi kali ini, cheesebury bisa diartikan sebagai tumpukan keju. Sehingga kalau ngopi di cheesebury, kurang lebih akan terjdi minumnya kopi dan makananya akan terdapat campuran keju.

Ketika sedang berbincang hal tersebut, saya belum pesan apapun. Karena, ya itu tadi mau pesan apa bingung karena saya sejujurnya emang ndak suka keju. Walhasil, pilihan saya jatuh pada kopi susu, yang buat saya pribadi lebih bisa diterima perut. Tak begitu lama, kopi saya datang. Bersamaan dengan itu, datang pula pesanan teman yang mencoba resep baru. Namanya kopi sifon. Sempat kaget sih diawal, karena begitu datang nggak cuma kopi yang dibawa melainkan alat alat laboratorium. Mulai dari pembakaran, tabung, pipa dan koreknya. Ini mau ngamatin kopi, ndak mau ngopi nih?
Ternyata bukan. alat alat itu memang digunakan untuk menyeduh kopi. Seluruh kopi bisa ditampilkan dengan mode sifon, tapi apa iya mau ngopi sachetan dengan metode sifon? Ya ndak papa sih, tapi asal mau ribet. Gimana ndak? untuk sekali seduh bisa menunggu hingga 30 menitan, menunggu api membakar air, dan kemudian uapnya bercampur dengan kopi di tabung lainnya. Jadi, kalau emang bukan tipe penyabar, lebih baik nyobain nunggu vietnam drip dulu deh sebelum sifon. Tapi, disisi lain selain terdapat perbedaan waktu tunggu juga terdapat perbedaan rasa yang cukup signifikan. Lebih kerasa yang pakai mode sifon sih, dan hal ini dibenarkan sama baristanya. Sehingga buat saya, cukuplah sedikit saja untuk menikmati kopi sifon ini, karena takut terjadi hal hal buruk pada perut.
Makanan?
Hm, makanan yang disajikan di tempat ini banyak banget dan jelas hampir semuanya berkeju. Mulai dari pizza, mie, hingga makanan ringan. Kalo ndak percaya nih tak kasih gambar biar puas!


